WARTA TIDORE - Raja Belanda Willem Alexander pada hari Sabtu meminta maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan pada masa lampau yang masih memiliki dampak hingga saat ini.
Permintaan maaf tersebut disampaikan oleh Raja Belanda Willem Alexander dalam acara peringatan 160 tahun penghapusan perbudakan secara legal di Belanda, termasuk di negara-negara Karibia yang pernah menjadi jajahan Belanda.
"Pada hari ini, ketika kita merenungkan sejarah perbudakan Belanda, saya dengan rendah hati meminta maaf atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini," ucap Willem Alexander.
Ia juga menyadari, bahwa rasisme masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di masyarakat Belanda. Ia sadar bahwa tidak semua orang akan menerima permintaan maafnya.
Namun, Raja Belanda mengatakan bahwa waktu telah berubah dan "Keti Koti" rantai perbudakan telah sepenuhnya terputus.
"Keti Koti" merupakan kata dalam bahasa Suriname yang berarti memutuskan rantai.
"Keti Koti" merupakan hari peringatan perbudakan dan perayaan kebebasan yang diperingati setiap tanggal 1 Juli di Belanda.
Permintaan maaf dari raja ini disampaikan dalam konteks refleksi yang meluas mengenai masa lalu kolonialisme Belanda, termasuk peran Amsterdam dalam perdagangan budak di Atlantik dan perbudakan di bekas jajahan Belanda di Asia.