Menunda BAB Beresiko Terkena Penyakit Ambeyen

- 18 September 2023, 14:09 WIB
Ilustrasi: Menunda BAB beresiko terkena penyakit ambeyen.
Ilustrasi: Menunda BAB beresiko terkena penyakit ambeyen. /Alexas_Fotos/Pixabay

WARTA TIDORE - Mengalami wasir atau hemoroid memang sangat tidak nyaman. Ketika wasir kambuh, duduk lama menjadi sulit, begitu pula dengan berdiri dalam waktu lama. Namun, tuntutan pekerjaan seringkali mengharuskan kita untuk tetap aktif melayani pelanggan atau klien kita.

Bahkan ketika kita merasakan ingin buang air besar, kita harus segera mencari toilet. Karena jika ditunda, sensasi buang air besar akan hilang seketika, dan buang air besar pun menjadi sulit. Namun, terkadang situasi ini tidak dapat dihindari, terutama saat berada di tempat umum di mana kita harus mengantri untuk menggunakan toilet, dan sensasi ingin buang air besar sering kali menjadi "ngambek."

Baca Juga: Kenali Penyakit Wasir, Bagaimana Pencegahan dan Pengobatannya

Dalam kondisi seperti ini, kotoran (feses) yang seharusnya keluar dapat masuk kembali ke dalam usus dengan konsistensi yang semakin keras karena penyerapan kembali air oleh tubuh. Inilah yang dapat menyebabkan sembelit dan akhirnya berujung pada wasir atau ambeien.

Buang air besar (BAB) adalah proses yang sangat penting dalam pencernaan tubuh kita. BAB membantu mengeluarkan kotoran dan sisa-sisa makanan serta zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh kita. Ini adalah proses yang penting bagi semua makhluk hidup. Frekuensi BAB dapat bervariasi antara individu. Sebagian besar orang biasanya BAB setiap hari, terutama pada pagi hari.

Ini adalah saat tubuh kita secara alami membuang sisa-sisa dari sistem pencernaan. Namun, ada juga orang yang tidak BAB setiap hari, dan frekuensi ini dipengaruhi oleh kondisi pencernaan dan faktor psikologis individu.

Proses BAB juga dikenal sebagai defekasi, yang merupakan proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan berupa tinja melalui anus dan rektum. Frekuensi BAB umumnya berkisar antara 1-3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dan frekuensi ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik, keadaan kesehatan pencernaan, usia, dan faktor psikologis. Frekuensi BAB yang berlebihan dapat mengindikasikan diare, sementara frekuensi yang jarang dapat mengindikasikan sembelit atau konstipasi.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap frekuensi BAB adalah pola makan. Konsumsi serat dari sayuran hijau, buah-buahan, biji-bijian, dan cairan yang cukup adalah faktor penting untuk menjaga konsistensi tinja yang normal dan memastikan kelancaran BAB. Untuk menilai apakah BAB Anda normal atau tidak, sebaiknya dibandingkan dengan kebiasaan BAB sehari-hari.

Halaman:

Editor: Iswan Dukomalamo

Sumber: yankes.kemkes.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah