Gelombang Panas dan Pemadaman Listrik di Gaza Membuat Penduduk Kesulitan Bernapas

- 15 Agustus 2023, 11:07 WIB
Seorang pria Palestina, Ismail Nashwan, berjuang untuk bernapas di rumahnya di tengah gelombang panas di kamp pengungsi Al Burij, Jalur Gaza tengah 9 Agustus 2023.
Seorang pria Palestina, Ismail Nashwan, berjuang untuk bernapas di rumahnya di tengah gelombang panas di kamp pengungsi Al Burij, Jalur Gaza tengah 9 Agustus 2023. /REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/

WARTA TIDORE - Kondisi gelombang panas dan pemadaman listrik yang semakin parah di Gaza telah membuat sebagian besar penduduk daerah kantong Palestina yang padat penduduknya merasakan kesulitan dalam bernapas.

Ismail Nashwan, yang menderita fibrosis paru, kini harus bolak-balik antara rumahnya dan rumah sakit sejak suhu melampaui 38 derajat Celsius (104 Fahrenheit), karena ia tidak dapat mengaktifkan ventilatornya atau bahkan kipas angin di rumahnya.

"Dari rumah saya pergi ke rumah sakit, dan ketika saya kembali, listrik padam lagi, sehingga saya harus kembali ke rumah sakit," kata Nashwan (65), sambil menggunakan masker oksigen, dengan banyak kantong obat diletakkan di atas meja di samping alat bantu pernapasan di kamarnya.

"Inilah kehidupan saya sekarang," dikutip dari Reuters pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Lebih dari 2,3 juta penduduk tinggal di wilayah sempit yang terjepit antara Israel dan Mesir. Pemadaman listrik, yang terjadi secara tidak terduga bahkan dalam kondisi terbaik, kini terjadi selama sekitar 12 jam sehari, bukan hanya 10 jam seperti sebelumnya, karena permintaan penggunaan AC (pendingin udara) melonjak tinggi.

Kelompok Hamas yang berhaluan Islam dan berkuasa di wilayah tersebut sejak tahun 2007, menyalahkan blokade yang dilakukan oleh Israel selama 16 tahun - dengan dukungan dari Mesir sebagai negara tetangga - atas kemerosotan ekonomi Gaza.

Sementara itu, Israel berargumen bahwa blokade ini diperlukan untuk mencegah senjata masuk ke tangan Hamas.

Dokter Mohammad Al-Haj dari Rumah Sakit Shuhada Al-Aqsa di Gaza mengungkapkan, cuaca yang sangat panas dan gangguan listrik telah mengakibatkan peningkatan jumlah pasien dengan masalah pernapasan pada bulan Juli dan Agustus, yang biasanya merupakan periode paling panas dalam setahun.

Halaman:

Editor: Iswan Dukomalamo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah