Network
WARTA TIDORE - Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings menemukan bahwa semakin banyak seseorang menambahkan garam ke dalam makanannya, semakin besar kemungkinan dia terkena diabetes tipe 2.
Untuk mencapai temuan ini, tim peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 400.000 orang dewasa melalui UK Biobank, sebuah kelompok orang yang informasi kesehatannya telah digunakan sejak tahun 2006. Pada awal rentang waktu ini, peserta terpilih tidak memiliki riwayat diabetes, penyakit ginjal kronis, kanker, atau penyakit kardiovaskular.
Peserta dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan kebiasaan menambahkan garam ke dalam makanan: mereka yang tidak pernah atau jarang menambahkan, kadang-kadang menambahkan, biasanya menambahkan, dan selalu menambahkan garam.
Selama rata-rata 11,9 tahun, peneliti melacak hasil kesehatan peserta. Hasilnya, dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang menambahkan garam ke dalam makanan, risiko terkena diabetes tipe 2 lebih tinggi sebesar 13 persen pada orang yang kadang-kadang menambahkan garam, dan 20 persen pada orang yang biasanya menambahkan garam.
Asupan natrium berlebih telah dikaitkan dengan masalah kesehatan, dan hal ini dapat terjadi pada semua jenis garam yang mengandung banyak natrium. Selain jumlah garam yang ditambahkan ke dalam masakan, penting juga untuk memperhatikan berapa banyak natrium yang dikonsumsi dari makanan olahan.
Dikutip dari ANTARA pada Sabtu, 11 November 2023, penulis studi dan direktur Tulane University Obesity Research Center, Lu Qi, MD, PhD, FAHA, menyatakan bahwa sumber natrium tambahan ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, tanpa memandang dari mana asalnya.
Dia menambahkan bahwa orang yang menambahkan garam pada makanan mungkin cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan berkalori tinggi, yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes.
Pakar nutrisi, Vandana Sheth, RDN, CDCES, FAND, berpendapat bahwa natrium bahkan dapat memicu peningkatan nafsu makan. "Ada teori bahwa garam dapat mendorong konsumsi makanan yang lebih banyak, berpotensi menyebabkan kondisi seperti obesitas dan peradangan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko diabetes," ungkapnya.***
