Jelajahi Keindahan Objek Wisata Pulau Osi di Kabupaten Seram Bagian Barat Maluku

- 4 Januari 2024, 19:10 WIB
Tempat penginapan berupa rumah panggung di Pulau Osi.
Tempat penginapan berupa rumah panggung di Pulau Osi. /ANTARA/Dedy Azis/

WARTA TIDORE - Eksplor objek wisata Pulau Osi di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Provinsi Maluku. Bagi para pelancong yang menyukai objek wisata alam yang memukau, waktu tempuh berjam-jam bukanlah halangan. Melintasi lautan pun menjadi pengalaman menarik, karena di sinilah petualangan dimulai.

Dilansir dari ANTARA pada Kamis, 4 Januari 2023, diperlukan waktu sekitar 4,5 jam perjalanan dari pusat Kota Ambon untuk mencapai Pulau Osi di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Provinsi Maluku.

Pulau Osi cukup terkenal di kalangan warga Kota Ambon sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi bagi setiap pelancong yang datang ke Maluku.

Lokasi wisata ini, yang terletak di bagian barat Pulau Seram, menawarkan keindahan panorama laut lengkap dengan rumah-rumah panggung yang unik dan menarik, dikelilingi oleh tanaman bakau yang lebat.

Untuk mencapai Pulau Osi, para wisatawan harus menggunakan beberapa moda transportasi. Dari Kota Ambon, baik menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua, wisatawan harus menuju Pelabuhan Hunimua di Maluku Tengah.

Kemudian, naik kapal feri menuju Pelabuhan Waipirit. Waktu yang diperlukan berkisar antara 1,5 hingga 2 jam, tergantung pada operasional kapal feri.

Setibanya di Pelabuhan Waipirit Seram Bagian Barat, perjalanan menuju Pulau Osi memerlukan waktu sekitar 1 jam melalui beberapa desa seperti Waisarisa, Piru, hingga melalui Dusun Pelita Jaya.

Selama perjalanan menuju Dusun Pelita Jaya, tempat transit sebelum mencapai Pulau Osi, para wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan indah padang rumput di sisi kanan dan kiri jalan sepanjang 3 kilometer, dimulai dari Kantor DPRD Seram Bagian Barat.

Dusun Pelita Jaya

Setelah melewati jalanan dengan padang rumput di kedua sisi, para wisatawan akan tiba di Dusun Pelita Jaya. Dusun ini adalah salah satu yang terdekat dengan ekowisata Pulau Osi, selain Resitlemen Pulau Osi.

Dusun Pelita Jaya terletak sekitar 3 kilometer dari spot ekowisata Pulau Osi, dihuni oleh sekitar 300 keluarga, sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Mayoritas penduduk berasal dari Sulawesi Tenggara, menetap di sana turun-temurun selama puluhan atau bahkan ratusan tahun.

Dusun Pelita Jaya menjadi tempat singgah sementara bagi siapa pun yang ingin mengunjungi Pulau Osi. Di dusun ini, terdapat dua penginapan dengan harga yang terjangkau, menjadi alternatif bagi wisatawan backpacker untuk menghemat biaya dibandingkan menginap di resor Pulau Osi.

Ekowisata Pulau Osi

Dari Dusun Pelita Jaya, diperlukan waktu 10 menit untuk mencapai spot ekowisata Pulau Osi, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Dusun Pelita Jaya dan spot ekowisata Pulau Osi dihubungkan oleh gapura dan jembatan kayu sepanjang 1 kilometer. Jembatan kayu selebar 2,5 meter tersebut membawa para wisatawan menuju rumah-rumah panggung di Pulau Osi.

Bagi pengendara roda dua, mereka bisa langsung menuju rumah-rumah panggung di atas air laut tersebut. Namun, bagi yang datang dengan mobil, warga setempat menyediakan jasa angkutan ojek untuk mengantarkan mereka.

Seorang pria tua yang akrab disapa La Samadu oleh warga setempat terlihat siap menunggu kedatangan wisatawan. Ia adalah penjaga portal menuju Pulau Osi dan mengenakan biaya masuk.

"Kalau mobil belum bisa masuk. Jadi hanya untuk motor dan pejalan kaki. Uangnya kami gunakan untuk rehab jembatan. Jembatannya sudah dua kali direhabilitasi,” ujarnya.

Uang yang diperolehnya dari penjagaan portal jembatan disalurkan ke kas Dusun Pulau Osi untuk perbaikan jembatan.

“Kalau ada kayu yang rusak, saya bilang Kepala Dusun untuk beli kayu. Nanti saya yang pantau kalau ada jembatan rusak, sekalian saya juga yang perbaiki,” katanya.

Selama melewati jembatan kayu, keindahan tanaman bakau atau mangrove menjadi labirin penunjuk arah menuju keindahan tiada tara. Tanaman tersebut memberikan kesegaran tersendiri bagi wisatawan yang melintasinya, menjadi momen yang sayang untuk dilewatkan tanpa mengabadikannya dalam foto.

Tiba di Pulau Osi, kelelahan selama perjalanan akan terbayar dengan keindahan yang memukau. Laut yang tenang dan jernih mencerminkan warna hijau kebiruan memberikan nuansa kejernihan bagi para pengunjung.

Tidak perlu berenang untuk melihat keindahan biota laut seperti ikan, rumput laut, terumbu karang, hingga bintang laut di sekitar Pulau Osi. Dengan mata telanjang, kelompok ikan yang biasanya menjadi hiasan akuarium menampilkan gerakan berenang seperti tarian menyambut para wisatawan.

Walaupun tidak terdengar deburan ombak, kicau burung menjadi instrumen penenang suasana di Pulau Osi.

Pada malam hari, meskipun tanpa lampu, para wisatawan akan disinari oleh cahaya bulan yang redup, dihiasi oleh gemerlap bintang-bintang sejauh mata memandang.

Rumah-rumah panggung yang menjadi tempat penginapan bagi para wisatawan tersusun rapi menghadap ke sebuah pulau di tengah laut, yang disebut sebagai Pulau Buntal oleh masyarakat setempat.

Meskipun tidak banyak informasi kredibel tentang Pulau Buntal, kehadirannya menambah keeksotisan Pulau Osi yang sudah memukau.

Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dalam program bertajuk "Saka Mese Nusa", telah melakukan inventarisasi objek wisata unggulan di kabupaten tersebut.

"Kunjungan wisatawan ke SBB mulai meningkat ke sejumlah destinasi wisata yang menjadi sasaran wisatawan, salah satunya Pulau Osi, Air Putri Waiyoho, dan Kairatu Beach," kata Kepala Dinas Pariwisata Seram Bagian Barat, Jems Riklof Kapuate.

Secara karakteristik, Pulau Osi termasuk dalam wilayah otoritas pengelolaan daerah konservasi, sementara kewenangan pemda masih terbatas. Oleh karena itu, hingga saat ini pengelolaannya masih bergantung pada swadaya masyarakat setempat.

Selain sebagai nelayan, sebagian besar masyarakat Pulau Osi hidup dari potensi ekowisata tersebut. Mereka memanfaatkan peluang Pulau Osi sebagai destinasi ekowisata dengan membangun keramba ikan untuk diolah menjadi kuliner khas Pulau Osi.

Kuliner Pulau Osi

Seperti lokasi wisata lainnya, Pulau Osi juga memiliki kuliner andalan yang lezat di lidah para penggemar kuliner.

Ikan bakar di Pulau Osi memiliki cita rasa yang berbeda dari ikan bakar yang dijual di kota. Warga lokal menyebutnya sebagai "baru satu kali mati". Ikan bakar di Pulau Osi adalah ikan segar yang diambil langsung dari keramba dan langsung dibakar.

Sarmin, pemilik salah satu rumah makan di Pulau Osi, mengatakan bahwa setiap hari libur Lebaran, restoran-restoran selalu ramai dikunjungi, termasuk miliknya.

Warga lokal dan wisatawan dari kota yang datang jauh-jauh, bahkan sampai menyewa kamar, berkumpul untuk menikmati hidangan di pulau tersebut.

Tidak hanya ikan bakar, tetapi kuliner khas Maluku, colo-colo, juga disajikan. Colo-colo adalah lalapan mentah yang berkuah, terdiri dari bawang merah, kemangi, tomat, jeruk limau, cabai rawit, sedikit garam, dan minyak goreng. Beberapa varian menggunakan kecap sebagai pelengkap.

Menikmati ikan bakar Pulau Osi di tengah kejernihan dan ketenangan laut yang luas menjadi pengalaman penutup perjalanan bagi siapa pun yang mengunjungi Pulau Osi.

Pulau Osi tidak hanya menawarkan ekowisata atau keindahan alam semata. Nuansa romantisnya juga menyimpan sejuta kenangan bagi siapa pun yang datang. Inilah yang membuat banyak pelancong jatuh cinta pada pulau ini, seolah jatuh hati pada sosok pujaan. Kenangan itu tidak akan pernah pudar dan selalu memanggil untuk kembali.***

Editor: Iswan Dukomalamo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x