Telkom Indonesia Pertimbangkan Menjual Sebagian Saham Bisnisnya

- 6 Februari 2024, 19:48 WIB
Logo perusahaan layanan telekomunikasi terkemuka di Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), terpampang di gedung Plasa Telkom di Jakarta, pada tanggal 30 April 2018.
Logo perusahaan layanan telekomunikasi terkemuka di Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), terpampang di gedung Plasa Telkom di Jakarta, pada tanggal 30 April 2018. /ANTARA/Beawiharta/

WARTA TIDORE - Telkom Indonesia, raksasa komunikasi milik negara Indonesia (TLKM.JK), telah membuka tab baru dengan mempertimbangkan untuk menjual sebagian saham bisnis pusat data miliknya dan diperkirakan akan menyelesaikan proses penjualan tersebut pada paruh kedua tahun ini.

Dikutip dari Reuters pada Selasa, 6 Februari 2024, Senior Vice President Corporate Communication dan Investor Relations Telkom, Ahmad Reza, mengatakan bahwa grup sedang dalam proses memilih penasihat keuangannya dan mempertimbangkan berapa banyak saham yang akan dijual.

Menurut dua sumber yang mengetahui rencana tersebut, penjualan saham minoritas diperkirakan akan dimulai pada bulan Maret dan dapat memberi nilai bisnis pusat data Telkom lebih dari $1 miliar.

Reza tidak memberikan komentar terkait besaran kepemilikan, waktu dimulainya penjualan, atau valuasi bisnis, tetapi menyatakan bahwa monetisasi bisnis pusat data masih dalam tahap pembahasan dan Telkom belum memiliki target khusus.

Diharapkan dengan mengaitkan mitra strategis global atau investor finansial yang kuat, Telkom dapat memperluas bisnis pusat datanya lebih lanjut, baik di tingkat lokal maupun global.

Telkom, sebagai grup telekomunikasi terbesar di Indonesia, saat ini memiliki 28 pusat data, yang terdiri dari 23 di dalam negeri dan lima di luar negeri, sesuai dengan laporan tahunan tahun 2022.

Menurut laporan tersebut, Telkom bersaing dengan beberapa perusahaan lain yang juga telah mendirikan pusat data seperti DCI Indonesia, Princeton DG, dan NTT Communication.

"Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penetrasi internet di seluruh dunia, bisnis pusat data menjadi aset yang menarik untuk diinvestasikan, termasuk di Indonesia," ujar Reza.

Permintaan dari investor global terhadap aset infrastruktur seperti pusat data di Asia Tenggara telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sejalan dengan prospek pertumbuhan kawasan dan keuntungan sektor ini yang stabil dan berjangka panjang.

Halaman:

Editor: Iswan Dukomalamo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x